Selasa, 14 April 2009

aik

ISLAM DAN PENGERTIAN YANG SEBENARNYA

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w, sebagai Rasul. Islam pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
menganut berbagai aspek itu ialah Al-Qur-an dan hadis.
Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Quran mengandung sabda
Tuhan (firman) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sebagai dijelaskan
Al-Qur-an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52
mengatakan :
Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya,
kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui
utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizin
Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi
dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas
perintah Kami.
Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah
pengertian yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam
dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya.
Wahyu bentuk kedua, ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur
atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa asingnya ini disebut ru'ya
(dream) atau kasy (vision).
Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan melalui
utusan, atau malaekat, yaitu Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalam
bentuk kata-kata.
Bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah wahyu
dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga dalam Al-Qur-an. Surat 26 (AI-Syu'ara)
ayat 192-195 mengatakan :
Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun
oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat.
Dalam bahasa Arab yang jelas.
Selanjutnya Surat 16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :
Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari
Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.
Bahwa yang dimaksud dengan Roh Setia dan Roh Suci adalah Jibril
(Gabrial) dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :
"Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya
yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk
membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang yang percaya".
Hadis-hadis juga menjelaskan bahwa wahyu yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad adalah melalui Jibril. Dalam hadis Aisyah mengenai wahyu
yang pertama diturunkan kepada Nabi, dapat kita baca bagaimana ketatnya Jibril
merangkul beliau, sehingga beliau merasa sakit dan kemudian disuruh
mengulangi apa yang diturunkan Jibril yaitu :
"Bacalah (recite) dengan nama Tuhan yang menciptakan, menciptakan
manusia dari segumpal darah. Baca dan Tuhanmu Maha Pemurah".
Dalam hadis lain, sewaktu ditanya bagaimana caranya wahyu turun
kepada beliau. Nabi Muhammad menerangkan: "Wahyu itu terkadang turun
sebagai suara lonceng dan inilah yang terberat bagiku. Kemudian ia (Jibril) pergi
dan akupun sudah mengingat apa yang diturunkannya. Terkadang malaikat itu
datang dalam bentuk manusia, berbicara kepadaku dan akupun mengingat apa
yang dikatakannya".
Atas dasar ayat-ayat dan hadis-hadis serupa inilah kita umat Islam
mempunyai keyakinan bahwa apa yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah
Sabda Tuhan, dengan kata lain teks Arab yang tersebut dalam kitab suci itu adalah
wahyu dari Tuhan. Hanya kata-kata Arab yang tersebut dalam teks itulah yang
diakui sebagai wahyu. Apalagi terjemahannya ke dalam bahasa
asing, semua itu bukan lagi merupakan wahyu, atau Al-Quran yang sebenarnya.
Dalam hal ini, wahyu menurut faham Islam, berlainan dari wahyu
menurut faham agama lain, umpamanya agama Kristen. Dalam agama ini, Injil
dalam teksnya bukanlah wahyu, yang di wahyukan hanyalah isi atau arti yang
dikandung teks itu. Maka terjemahannya dalam bahasa-bahasa asing dianggap
sama kuat. Berdasarkan atas ini ada kaum Orientalis yang mengatakan: Sabda
Tuhan dalam Islam menjelma menjadi Al-Quran, sedang dalam agama Kristen
Sabda Tuhan menjelma menjadi Jesus.
Wahyu yang dalam bentuk kata-kata itu disampaikan kepada Nabi
Muhammad, turun bukan sekaligus tetapi sepotong demi sepotong dalam masa
kurang lebih 23 tahun. Yang dilakukan Nabi pada waktu itu ialah setiap wahyu
turun, itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat untuk dihafal dan untuk
dicatat.Zaid Ibn Sabit adalah sekretaris utama yang mencatat dalam bentuk
tulisan ayat-ayat yang diturunkan itu. Selain dari sekretaris ini disebut juga nama
sahabat-sahabat lain yang disuruh mencatat, jeperti Abu Bakar, Usman, Umar,
Ali, Zubair Ibn Awam, Abdullah Ibn Sa'ad dan Ubay Ibn Kaab. Ayat-ayat itu
ditulis di atas batu, tulang, pelepah korma dan lain-lain. Penghafal-penghafal
professional, sebagai diakui oleh A. Guillaume merupakan bagian dari anggota
masyarakat, yaitu bagian yang tak boleh tidak mesti ada dalam masyarakat
Arab dahulu. Merekalah yang menghafal syair-syair. Arab Jahiliah dalam
keseluruhannya dan merekalah yang menyebarkannya ke daerah-daerah dan yang
meneruskannya dari generasi ke generasi. Penghafal-penghafal serupa ini besar
perannya dalam Zaman Jahiliah dan penting pula perannya dalam sejarah
pengumpulan ayat-ayat Al-Qur-an dalam bentuk buku seperti yang dikenal
sekarang.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi
setelah banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur-an gugur dalam
peperangan yang timbul di zaman Abu Bakar, satu tahun sesudah wafatnya Nabi
Muhammad. Dengan gugurnya penghafal-penghafal Al-Quran dikuatirkan bahwa
ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat turut hilang. Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar
memerintahkan Zaid Ibn Sabit dan sahabat-sahabat lain, untuk mengumpulkan
ayat-ayat yang tertulis di atas batu, tulang-tulang, pelepah korma dan yang
dihafal oleh sahabat-sahabat itu dalam bentuk satu buku. Buku yang satu ini
kemudian diperbanyak exemplarnya oleh Usman (644-655 M), dan dikirimkan
ke daerah- daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang disana.
Dari teks Usman inilah kopi-kopi selanjutnya ditulis dicetak.Berdasarkan atas sejarah pembukuan yang jelas ini kita Islam berkeyakinan bahwa teks Al-Qur-an yang ada sekarang betul sesuai dengan apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Bahwa Al-Qur’an sekarang betul orisinil dari Nabi Muhammad s.a.w. diakui juga oleh orang-orang Orientalis.
Demikianlah, teks Al-Qur-an adalah orisinil dari Nabi adalah wahyu
yang beliau terima dari Tuhan melalui Jibril dalam bentuk kata-kata yang
didengar dan dihafal, dan bukan bentuk pengetahuan yang dirasakan dalam hati
atau yang di dan dilihat dalam mimpi atau keadaan trance.Hadis, sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung sunnah (tradisi) Nabi Muhammad. Sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi. Berlainan halnya dengan Al-Qur-an, hadis tidak dikenal dicatat tidak dihafal di zaman Nabi. Alasan yang selalu dikemukakan ialah bahwa pencatatan dan penghafalan hadis dilarang Nabi,
karena dikuatirkan bahwa dengan demikian akan terjadi percampur-bauran antara
Al-Qur-an sebagai Sabda Tuhan dan hadis sebagai ucapan-ucapan Nabi. Ada
disebut bahwa Umar Ibn Al-Khatab. Khalifah kedua, berniat untuk membukukan
hadis Nabi, tetapi karena takut akan terjadi kekacauan antara Al-Qur-an dan
hadis, niat itu tidak jadi dilaksanakan.Pembukuan baru terjadi di permulaan abad kedua Hijri, yaitu ketika Khalifah Umar Abd AI-Aziz (717-720 M) meminta dari Abu Bakar Muhammad Ibn Umar dan Muhammad Ibn Syihab Al-Zuhri, mengumpulkan hadis Nabi yangdapat mereka peroleh. Di tahun 140 H, Malik Ibn Anas menyusun hadis Nabi
dalam buku Al-Muwatta.Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijri oleh
Bukhari. Muslim, Abu Daud, Al-Nasa'i, Al-Tarmizi dan Ibn Majah. Keenam
buku kumpulan hadis inilah yang banyak dipakai sampai sekarang.Karena hadis tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah dapat diketahui dengan pasti mana hadis yang betulbetul berasal dari Nabi dan mana hadis yang dibuat-buat. Abu Bakar dan Umar sendiri, walaupun mereka sezaman dengan Nabi, bahkan dua sahabat yang terdekat dengan Nabi, tidak begitu saja menerima hadis yang disampaikan kepada mereka. Abu Bakar meminta supaya dibawah saksi yang memperkuat hadis itu berasal dari Nabi, dan
Ali lbn Abi Talib meminta supaya pembawa hadis bersumpah atas kebenarannya.
Dalam pada itu jumlah hadis yang dikatakan berasal dari Nabi
bertambah banyak, sehingga keadaannya bertambah sulit membedakan mana
hadis yang orisinil dan mana hadis yang dibuat-buat. Diriwayatkan bahwa
Bukhari mengumpulkan 600.000 (enam ratus ribu) hadis, tetapi setelah
mengadakan seleksi, yang dianggapnya hadis orisinil hanya 3.000 (tiga ribu) dari
yang 600.000 itu, yaitu hanya setengah persen.Jadi berlainan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang semuanya diakui oleh seluruh umat Islam adalah wahyu yang diterima Nabi dan
kemudian beliau teruskan kepada umatnya, dalam keorisinilan hadis terdapat
perbedaan antara umat Islam. Oleh karena itu kekuatan hadis sebagai sumber
ajaran-ajaran Islam tidak sama dengan kekuatan Al-Qur-an.Inilah dua sumber nash dari ajaran-ajaran Islam dalam segala aspeknya.Ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai halnya dalam agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. yang menjadi dasar dari segala dasar di sini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa.Di samping ini menjadi dasar pula soal kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu
Al-Qur’an, soal orang yang percaya kepada ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad, yaitu soal mu'min dan muslim, soal orang yang tak percaya kepada
ajaran-ajaran itu yakni orang kafir dan musyrik, hubungan makhluk, terutama
manusia dengan Pencipta, soal akhir hidup manusia yaitu sorga dan neraka, dan
lain sebagainya.Semua soal ini dibahas oleh ilmu tauhid atau ilmu kalam yang dalam
istilah Baratnya disebut teologi. Aspek teologi merupakan aspek yang penting
sebagai dasar bagi Islam.Salah satu ajaran dasar lain dalam agama Islam ialah bahwa manusia yang tersusun dari badan dan roh itu berasal dari Tuhan dan akan kembali ke
Tuhan. Tuhan adalah suci dan roh yang datang dari Tuhan juga suci dan akan
dapat kembali ke tempat asalnya di sisi Tuhan, kalau ia tetap suci. Kalau ia
menjadi kotor dengan masuknya ia ke dalam tubuh manusia yang bersifat materi
itu, ia tak akan dapat kembali ke tempat asalnya.Oleh karena itu harus diusahakan supaya roh tetap suci dan manusia menjadi baik. Ajaran Islam mengenai hal ini tersimpul dalam ibadat yang mengambil bentuk salat, puasa zakat, haji dan ajaran-ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Nabi Muhammad memang mengatakan bahwa beliau datang untuk
menyempurnakan pengertian budi pekerti luhur (Aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan budi pekerti luhur). Aspek ibadat dan ajaran moral ini juga
merupakan aspek penting dari Islam. Ajaran-ajaran mengenai ini
terdapat dalam mistisisme Islam yang dalam istilah Arabnya disebut tasawwuf.
Sufi-sufi mempunyai murid-murid dan di antaranya ada yang
meneruskan ajaran sufi yang menjadi gurunya daiam bentuk tarekat. Maka
timbullah dalam Islam berbagai macam tarekat sufi. Tarekat pada mulanya
berarti jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk berada di hadirat Tuhan,
tetapi kemudian ia mengandung arti organisasi yang mempunyai corak latihan
spirituil. Masing-masing tarekat mempunyai corak latihan spirituilnya sendiri.
Jumlah tarekat banyak dan di antaranya adalah yang berikut : Ahmadia di Mesir,
Bektasyia di Turki, Kadiria berasal dari Bagdad, Naksyabandia (berasal dari
Turkistan), Rifa'ia (berasal dari Irak), Sanusia (Libiya), Syadilia (Tunis),
Syattaria (India) dan Tijana (Maroko). Tasawwuf dan tarekat memberikan aspek
mistisisme dalam Islam.
Selanjutnya Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak
bisa terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup
manusia di dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. Kebahagiaan
di akhirat bergantung pada: hidup baik di dunia. Hidup baik menghendaki
masyarakat manusia yang teratur. Demikianlah terdapat peraturan-
peraturan mengenai hidup kekeluargaan (perkawinan, perceraian, waris
dan lain-lain) tentang hidup ekonomi dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa,
pinjam-meminjam, perserikatan dan lain-lain, tentang hidup kenegaraan, tentang
kejahatan (pidana), tentang hubungan Islam dan bukan Islam, tentang hubungan
orang kaya dengan orang miskin dan sebagainya. Semua ini dibahas dalam
lapangan hukum Islam yang dalam istilah Islamnya disebut ilmu fikih. Fikih
memberikan gambaran tentang aspek hukum dari Islam.
Sementara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan.
Dalam perkembangannya terjadi perbedaan faham tentang organisasi negar yang
semestinya. Perbedaan faham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat
antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah. Kaum Sunni berpendapat bahwa kepala
negara tidak mesti dari keturunan Nabi melalui Fatimah dan Ali. Kaum Syi'ah
sebaliknya berkeyakinan bahwa hanya keturunan Nabi yang boleh menjadi
kepala-negara. Selanjutnya terdapat pula perbedaan faham tentang persoalan
apakah jabatan kepala-negara mempunyai sifat turun-temurun dari bapak kepada
anak, ataukah pengangkatan kepala-negara didasarkan atas kesanggupan serta
keahlian dan bukan atas keturunan.
Islam sebagai negara tentu mempunyai lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran,
lembaga kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini
menggambarkan aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.
Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta
semesta alam. Oleh karena itu perlu dibahas arti penciptaan, materi yang
diciptakan, hakekat roh, kejadian alam, hakekat aqal, hakekat wujud, arti qidam
(tidak bermula) dan lain-lain. Pemikiran dan pembahasan dalam hal-hal ini
dilakukan oleh akal. Maka timbullah persoalan akal dan wahyu serta falsafat dan
agama. Ini semua dibahas oleh falsafat dalam Islam.
Akhirnya Islam mempunyai wujud dalam masa. Tahun Islam mulai
dihitung dari hijrah Nabi ke Medinah di tahun 622 M dan sekarang Islam telah
berusia dekat empat belas abad. Dari Semenanjung Arabia Islam meluas ke
Palestina, Suria, Mesopotamia, Persia, India, Asia, Tengah, Malaysia, Indonesia
dan Filipina di Timur, dan ke Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan Afrika Tengah di
Barat kemudian ke Asia Kecil dan dari sana ke Eropah Timur sampai ke Austria.
Dengan demikian Islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang
dalam masa tetapi juga sejarah politik yang luas daerahnya. Dalam ekspansi ke
Timur dan ke Barat itu Islam bertemu dengan peradaban-peradaban klasik,
terutama peradaban Yunani dan Persia, dan kontak ini menimbulkan peradaban
yang bercorak Islam dan yang berpengaruh di masanya, bahkan mempunyai
pengaruh bagi peradaban Barat modern sekarang. Ini semua dibahas dalam
sejarah kebudayaan Islam.Dengan adanya kontak antara Islam dan kemajuan Barat yang dimulai pada pembukaan abad kesembilan belas yang lalu, umat Islam dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran modern Barat.Jadi Islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya
mempunyai satu-dua aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya
mempunyai aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek
falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan lain sebagainya.
Dalam pada itu aspek teologi tidak hanya mempunyai satu aliran tetapi
berbagai aliran : ada aliran yang bercorak liberal, yaitu aliran yang banyak
memakai kekuatan akal di samping ke percayaan pada wahyu dan ada pula yang
bersifat tradisionil, yaitu aliran yang sedikit memakai akal dan banyak
bergantung pada wahyu. Di antara kedua aliran ini terdapat pula aliran-aliran
yang tidak terlalu liberal, tetapi tidak pula terlalu tradisionil. Dalam aspek hukum
demikian pula terdapat bukan hanya satu mazhab, tetapi berbagai rupa mazhab
dan yang diakui sekarang hanya empat yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan
Hambali.
Nyatalah bahwa Islam mempunyai berbagai rupa aspek, aliran dan
mazhab. Pengetahuan Islam hanya dari satu-dua aspek, dan itupun hanya dari
satu aliran dan satu mazhab, menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap
tentang Islam. Islam di Indonesia pada umumnya dikenal hanya dari aspek
teologi, dan itupun hanya dari aliran tradisionilnya, dari aspek hukum, yaitu
menurut mazhab Syafi'i dan dari aspek ibadat. Aspek-aspek lainnya, moral,
mistisisme,falsafat,sejarah dan kebudayaan serta aliran-aliran dan mazhab-mazhab lainnya kurang dikenal. Oleh karena itu pengetahuan kita di Indonesia tentang
Islam tidak sempurna.Timbul kesalah-fahaman bahwa Islam bersifat sempit dan tidak sesuai dengan kemajuan modern. Karena mengetahui satu mazhab fikih saja, ada hal-hal
yang dianggap haram menutut Islam, sedang sebenarnya hal-hal itu haram
menurut mazhab tersebut dan tidak menurut mazhab lain. Demikian pula kesalahfahaman
bahwa Islam mengajarkan fatalisme atau jabariah, sedang ini
sebenarnya adalah ajaran dari satu aliran tertentu dalam Islam. Aliran lain mempunyai
faham free will atau qadariah. Demikian pula timbul kesalah-fahaman
bahwa Islam mengajarkan kesenangan materi, karena surga dan neraka diberi
gambaran sebagai kesenangan materi dan kesengsaraan jasmani. Ini sebenarnya
hanyalah faham golongan tertentu dalam Islam, karena kaum sufi dan kaum
filosof menggambarkan sorga dan neraka sebagai keeenangan dan kesengsaraan
rohani dan intelektuil.
Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan faham itu perlulah
diketahui dan diajarkan hakekat Islam, yaitu Islam dalam segala aspeknya.
Mengetahui Islam dalam segala aspeknya secara mendetail sudah barang tentu
tidak mudah dan menghendaki masa yang panjang dan usaha yang kuat.
Mungkin orang akan menghabiskan semua umurnya untuk mengatahui itu. Dan
itu memang tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah mengetahui aspek-aspek dan
aliran-aliran itu dalam garis besarnya. Sebagai dasar, pengetahuan yang demikian
sudah cukup. Kemudian barulah orang mengadakan spesialisasi, yaitu
spesialisasi dalam bidang teologi, falsafat dan tasawuf, spesialisasi dalam bidang
hukum, spesialisasi dalam bidang sejarah kebudayaan. Untuk menghindarkannya perlulah pendekatan lama dirobah dengan pendekatan baru.

Selasa, 07 April 2009


AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA

Di Indonesia, agama dikenal dengan kata "din" (bahasa Arab) dan kata "religi" (bahasa Eropa). Agama berasal dari kata Sanskrit. Agama tersusun dari kata a = tidak dan gam = pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Agama berarti teks atau kitab suci. Kata gam juga dapat berarti tuntunan. "Din" dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yg merupakan hukum, yg harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yg kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan. Yg menjalankan kewajiban dan yg patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan. Yg tidak menjalankan kewajiban dan yg tidak patuh akan mendapat balasan tidak baik.
Religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah relegere yg mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam kitab suci yg harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yg berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan. Dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Intisari yg terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yg harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yg besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yg lebih tinggi dari manusia. Satu kesatuan gaib yg tak dapat ditangkap dengan pancaindera.


Oleh karena itu agama diberi definisi-definsi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yg harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yg menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yg mengandung pengakuan pada suatu sumber yg berada di luar diri manusia dan yg mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yg menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yg berasal dari suatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yg diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yg timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yg terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yg diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.


Dengan demikian unsur-unsur penting yg terdapat dalam agama ialah :
1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yg dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yg dicari akan hilang pula.
3. Respons yg bersifat emosionil dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yg terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yg terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yg terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yg terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yg bersangkutan.
4. Paham adanya yg kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yg mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu. Agama ada yg bersifat pimitif dan ada pula yg dianut oleh masyarakat yg telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agam yg terdapat dalam masyarakat ialah dinamisme, animisme dan politeisme.

Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yg misterius. Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yg mempunyai kekuatan gaib dan beprengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yg bersifat baik dan ada yg bersifat jahat. Bendayg mempunyai kekuatan gaib baik, disenangi dan dipakai dan dimakan agar orang yg memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yg terdapat didalamnya. Benda yg mempunyai kekuatan gaib jahat, ditakuti dan oleh karena itu dijauhi.
Kekuatan gaib itu tidak pula mengambil tempat yg tetap, tetapi berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Lebih lanjut kekuatan gaib itu tak dapat dilihat : yg dapat dilihat hanyalah efek atau bekas dan pengaruhnya, umpamanya dalam bentuk kesuburan bagi sebidang tanah, rindangnya buah bagi sesuatu pohon, panjangnya umur bagi seseorang, keberanian luar biasa bagi pahlawan perang, kekuatan luar biasa bagi seekor binatang dan sebagainya. Kalau efek-efek tersebut telah hilang dari tanah atau pohon ataupun dari selainnya, benda yg dianggap membawa kesuburan, umur panjang dan sebagainya itu, telah kehilangan kekuatan gaibnya. Dan benda itupun tidak dihargai lagi.

Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Dalam masayarakat kita orang masih menghargai barang-barang yg dianggap bersakti dan bertuah, seperti keris, batu cincin dan lain-lain. Dengan memakai benda serupa ini, orang menganggap akan dapat terpelihara dari penyakit, kecelakaan, bencana dan lain-lain. Mana yg terdapat dalam benda yg bersangkutan dan yg merupakan kekuatan gaib itulah yg dianggap memelihara manusia dari hal-hal tersebut di atas. Dalam faham agama dinamisme bertambah mana yg diperoleh oleh seseorang bertambah jauh ia dari bahaya dan bertambah selamat hidupnya. Kehilangan mana berarti maut. Oleh karena itu, tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin.

Dalam masyarakat primitif terdapat dukun atau ahli sihir, dan mereka inilah yg dianggap dapat mengontrol dan menguasai mana yg beraneka ragam itu. Mereka dianggap dapat membuat mana pindah dari satu tempat ke tempat lain dan dengan demikian dapat membuat mana mengambil tempat di benda-benda yg telah mereka tentukan, biasanya benda-benda kecil yg mudah diikatkan ke anggota badan dan mudah dapat dibawa ke mana-mana. Benda-benda serupa ini disebut fetish. Dengan jalan demikian seorang anggota masyarakat primitif dapat memperoleh mana yg diperlukan untuk memelihara keselamatan dirinya dari bahaya-bahaya yg selalu mengancam hidup manusia.
Animisme adalah agama yg mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yg bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat primitif belum mengambil bentuk roh dalam faham masyarakat yg telah lebih maju. Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yg halus sekali yg dekat menyerupai uap atau udara. Roh bagi mereka mempunyai rupa, umpamanya berkaki dan bertangan yg panjang-panjang, mempunyai umur dan perlu ada makanan. Mereka mempunyai tingkah laku manusia, umpamanya pergi berburu, menari dan menyanyi. Terkadang roh dapat dilihat, sungguh pun ia tersusun dari materi yg halus sekali. Roh dari benda-benda tertentu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia. Roh dari bendabenda yg menimbulkan perasaan dahsyat seperti hutan yg lebat, danau yg dalam, sungai yg arusnya deras, pohon besar lagi rindang daunnya, gua yg gelap dan sebagainya, itulah yg dihormati dan ditakuti. Kepada roh-roh serupa ini diberi sesajen untuk menyenangkan hati mereka, sesajen dalam bentuk binatang, makanan, kembang dan sebagainya. Roh nenek moyg juga menjadi obyek yg ditakuti dan dihormati.

Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yg ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Membuat mereka marah harus dijauhi. Kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yg dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir.
Dalam masyarakat kita, kepercayaan pada roh, sebagaimana halnya dengan kepercayaan pada mana, masih terdapat. Pemberian sesajen yg masih banyak kita jumpai dalam masyarakat kita, selamatan yg masih banyak juga dilakukan, kepercayaan pada "orang halus" dan lain-lain, semua ini adalah peninggalan-peninggalan dari kepercayaan-kepercayaan animisme, masyarakat kita di zaman yg silam.

Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam gama ini hal-hal yg menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh roh-roh tapi dewa-dewa. Kalau roh-roh dalam animisme tidak diketahui tugas-tugasnya yg sebenar-benarnya, dewa-dewa dalam politeisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu. Demikianlah, ada dewa yg bertugas menyinarkan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India kuno Surya, dan dalam agam Persia Kuno Mithra. Ada pula dewa yg tugasnya menurunkan hujan, yg diberi nama Indera dalam agama India kuno dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Selanjutnya ada pula dewa angin yg disebut Wata dalam agama India kuno dan Wotan dalam agama Jerman kuno.

Berlainan dengan roh-roh, dewa-dewa diyakini lebih berkuasa. Oleh karena itu, tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sesajen dan persembahan-persembahan kepada dewadewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yg bersangkutan. Tetapi dala politeisme terdapat faham pertentangan tugas antara dewa-dewa yg banyak itu. Dewa kemarau dan dewa hujan mempunyai tugas yg bertentangan. Demikian juga dewa musim dingin dan dewa musim panas, dewa pembangunan dengan dewa penghancuran dan sebagainya. Kalau berdoa: seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainnya. Kepada dewa hujan umpamanya diminta supaya menurunkan hujan dan kepada dewa kemarau dipanjatkan doa supaya jangan menghalang-halangi kerja dewa hujan. Dengan jalan demikian masyarakat politeisme berusaha menyelematkan diri dari bahaya-bahaya yg mengancam mereka.

Dalam pada itu, ada kalanya tiga dari dewa-dewa yg banyak dalam politeisme meningkat ke atas dan mendapat perhatian dan pujaan yg lebih besar dari yg lain. Di sini timbullah faham dewa tiga. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwa, dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Osiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

Ada pula kalanya satu dari dewa-dewa itu yg meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Ini belum berarti pengakuan pada satu Tuhan, tapi baru pada pengakuan dewa terbesar diantara dewa yg banyak. Faham ini belum meningkat pada faham henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme.Tetapi kalau dewa yg terbesar itu saja kemudian yg dihormati dan dipuja, sedang dewa-dewa lain ditinggalkan, faham demikian telah keluar dari politeisme dan meningkat kepada henoteisme.
Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri. Henoteisme mengandung faham tuhan nasional. Faham yg serupa ini terdapat dalam perkembangan faham keagamaan masyarakat Yahudi. Yahweh pada akhirnya mengalahkan dan menghancurkan semua dewa suku bangsa Yahudi lain, sehingga Yahweh menjadi tuhan nasional bangsa Yahudi. Dalam masyarakat yg sudah maju agama yg dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yg Maha Esa, Pencipta alam semesta. Dengan demikian, perbedaan antara henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Kalau dalam agama-agama sebelumnya usal-usul manusia belum memperoleh perhatian, dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan. Oleh karena itu kesadaran bahwa hidup manusia tidak terbatas hanya pada hidup dunia, tetapi disebalik hidup materi ini masih ada hidup lain sebagai lanjutan dari hidup pertama, menonjol dengan jelas ke atas. Seterusnya menjadi keyakinan pula dalam agama monoteisme bahwa diantara kedua hidup itu, hidup kedualah yg lebih penting dari hidup pertama. Hidup pertama hanya mempunyai sifat sementara sedang hidup kedua bersifat kekal. Senang atau sengsara hidup seseorang di hidup kedua nanti tergantung pada baik dan buruknya hidup yg dijalaninya di hidup pertama ini. Kalau ia hidup di sini sebagai orang-orang baik ia akan memperoleh kesenangan di sisi Tuhan kelak, tetapi kalau ia hidup dalam keadaan jahat, ia akan mengalami kesengsaraan di akhirat nanti. Faham serupa ini belum jelas kelihatan dalam agama politeisme apalagi dalam agama-agama dinamisme dan animisme.
Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spirituil. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Dan jalan mencari keselamatan itu bukan lagi dengan memperoleh sebanyak mungkin mana, sebagai halnya dalam masyarakat dinamisme, dan tidak pula dengan membujuk dan menyogok roh-roh dan dewa-dewa, sebagaimana halnya dalam masyarakat animisme dan politeisme. Daam monoteisme kekuatan gaib atau supernaturil itu dipandang sebagai suatu zat yg berkuasa mutlak dan bukan lagi sebagai suatu zat yg menguasai sesuatu fenomena nature seperti halnya dalam faham animisme dan politeisme. Oleh karena itu Tuhan dalam monoteisme tidak dapat dibujuk-bujuk dengan saji-sajian. Kepada Tuhan sebagai pencipta yg mutlak otang tak bisa kecuali menyerahkan diri, menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yg menjadi nama agama yg diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah, orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan.
Disinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme.
Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan.

Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan dan yg dapat kembali ke sisi Tuhan Yg Maha hanyalah orang-orang yg suci. Orang-orang yg kotor tidak diterima kembali ke sisi Yg Maha Suci. Orang-orang serupa ini akan berada di neraka, jauh dari Tuhan. Orang-orang yg suci berada dekat Tuhan dalam surga.
Jalan untuk tetap menjadi suci ialah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat dan tidak lupa pada Tuhan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia tidak akan dapat terpedaya oleh kesenangan materi yg akan membawa kepada kejahatan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia akan teringat bahwa kesenangan sebenarnya bukan kesenangan sementara di dunia ini, tetapi kesenangan abadi di akhirat. Dengan jalan demikian manusia diharapkan senantiasa akan berusaha supaya tetap mempunyai jiwa bersih dan suci berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tidak baik dan jahat.
Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama. Dalam agama Kristen, berhubung dengan ajaran tentang dosa warisan yg melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yg mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya setelah mengakui baru seseorang dapat menuju kepada pembersihan diri yg sebenarnya, dan akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha mengadakan kontak spirituil dengan Jesus Kristus. Dengan ini roh manusia akan mendapat limpahan dari Jesus Kristus yg dalam ajaran agama Kristen, penuh dengan rahmat, kebaikan dan kasih sayg. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yg merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan. Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajarannya tentang Tuhan Yg Maha Esa memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyg Widhi. Persatuan roh dengan badan menimbulkan kegelapan. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyg Widhi yg disebut moksa. Dan moksa akan tercapai hanya kalau atma telah menjadi suci kembali dari kegelapan yg timbul dari persatuannya dengan badan. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembah yg di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya. Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yg rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yg rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan. Agar dalam hidup kekal di akhirat nanti orang hidup dalam kesenangan, jauh dari kesengsaraan, orang haruslah berusaha supaya mempunyai roh bersih lagi suci dan senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat di dunia. Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yg diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.
Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah
membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Tujuan agama memanglah membina manusia baikbaik, manusia yg jauh dari kejahatan. Oleh sebab itu agama monoteisme erat pula hubungannya dengan pendidikan moral. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang normanorma akhlak tinggi. Kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebenaran, suka membantu manusia, kebesaran jiwa, suka damai, rendah hati dan sebagainya adalah norma-norma yg diajarkan agama-agama besar. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Tidak mengherankan agama selalu diidentifikasikan dengan moralitas. Karena agama mempunyai sifat mengikat pada para pemeluknya, maka ajaran-ajaran moral agama lebih besar dan dalam pengaruhnya dari ajaran-ajaran moral yg dihasilkan falsafat dan pemikiran manusia. Ajaran-ajaran yg berasal dari Tuhan Pencipta Alam semesta mempunyai sifat kekudusan dan absolut yg tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tak dapat ditentang. Faham inilah yg memat norma-norma akhlak yg diajarkan agama mempunyai pengaruh besar dalam membina manusia yg berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah
menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan larangannya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur. Manusia serupa inilah yg akan memperoleh hidup senang sekarang di dunia dan kebahagiaan abadi kelak di hidup akhirat. Orang yg tidak patuh pada Tuhan, dan dengan demikian mempunyai roh yg tidak bersih dan akhlak yg tidak baik di dunia akan mengalami hidup sengsara di akhirat.
Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajarannya bermaksud untuk membina manusia yg berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur: Di sinilah terletak salah satu penting dari agama monoteisme bagi hidup kemasyarakatan manusia. Dari individuindividu yg berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat manusia baik dapat dibina. Agama-agama yg dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yg terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini. Di antara ketiga agama serumpun ini yg pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, lshaq, Yusuf dan lain-lain; kemudian agama Kristen dengan Nabi Isa, yg datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Dan terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhammad s.a.w. Ajaran yg beliau bawa ialah ajaran yg diberikan kepada Nabinabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.
Sebagai diterangkan oleh Al-Qur-an, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri
seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yg Maha Esa. Mengenai hal ini Surat Ali lmran ayat 19 mengatakan: "Agama (yg benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya). Dan mereka yg diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki."
Apa yg dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa' ayat 125 :
"Siapa mempunyai agama yg lebih baik dari orang yg menyerahkan diri seluruhnya
kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yg
sebenarnya"
Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al- Baqarah ayat 131 :
Ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim) : "Serahkan dirimu'; ia menjawab : "Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam' :
dan Surat Ali Imran ayat 67 :
Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yg benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.
Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yg
didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yg didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah. sama dengan agama yg diturunkan kepada Nabi Muhammad :
Katakanlah : "Kami percaya kepada apa yg diturunkan kepada kami, kepada apa yg
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yg
diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak
mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya
".
Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga mengunjukkan bahwa ketiga agama itu memang mempunyai asal yg satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan yg berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya.
Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yg serupa. Dalam istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi dalam pada itu kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam satu dari kedua syahadatnya menegaskan : "Tiada Tuhan selain dari Allah". Dan dalam agama Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : "Dengarlah Israel, Tuhan kita satu". Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi. Agama Hindu, sungguhpun banyak dianggap termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monotesime. Trimurti yg terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yg Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yg terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda didunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. lni adalah perbuatan Zat Yg Maha Tinggi itu. Dengan, demikian di antara agama besar yg ada sekarang, hanya Islamlah yg memelihara faham monoteisme yg murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yg banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

Rabu, 01 April 2009

Pesan yang Terkandung dalam Film "DOA YANG MENGANCAM"

Tokoh utama dalam film yang berjudul "DOA YANG MENGANCAM" adalah Madrim (Aming Sugandi). Madrim adalah seorang kuli angkut di sebuah pasar tradisional pinggiran kota. Dia beristrikan Juleha (Titi Kamal). Madrim hidup dalam kemiskinan, ditambah lagi dengan hutang yang terus menumpuk membuat sang istri pergi dari rumah. Kadir (Ramzi) adalah teman Madrim yang selalu membantu Madrim menyarankan agar Madrim berikhtiar, salat dan berdoa meminta kepada Allah agar bisa hidup berkecukupan dan istrinya kembali. Sejak saat itu Madrim rajin salat dan berdoa. Sekian lama berdoa, namun Madrim tidak menemukan perubahan dalam hidupnya. Dia masih hidup miskin dan istrinya belum juga kembali.


"Ya Allah, hari ini aku menghadapMu, limpahkan rizkiMu, bebaskan aku dari segala kemiskinan dan hutang. Kembalikan istriku Ya Allah, aku cinta dia, aku butuh dia. Asal Kamu tahu Ya Allah, aku capek, aku lelah berdoa. Kalau dalam tiga hari tiga malam Kau tidak mengabulkan doaku, aku akan murtad, aku akan berpaling pada setan"

Begitulah doa Madrim yang mengancam Allah. Doa yang disertai dengan penuh keputusasaan dan ancaman karena dia merasa apa yang dilakukannya selama ini sia-sia sehingga dia akan berpaling dariNya jika doanya tidak dikabulkan.

Begitulah sedikit penggalan cerita dari film yang berjudul "DOA YANG MENGANCAM". Film yang sangat realistis dengan tokoh utama Madrim yang menggambarkan jerih payah orang pinggiran kota yang sangat sulit mencari sesuap nasi, yang kehilangan harapan untuk tetap bertawakal dan meminta kepada Allah lewat doa dan ikhtiar dalam menjalani hidup. Madrim bisa dikatakan "lupa" dan menantang kodratnya sebagai manusia biasa yang harus berusaha dan berdoa kepada Tuhan bukannya malah mengancam Sang Maha Pemberi dengan doanya.

Madrim adalah gambaran manusia masa kini yang memandang Tuhan sebagai materi. Sebagai "Boss" yang maha pengasih, penyayang, pemberi, dan pemaaf yang jika kita berdosa, si "Boss" akan memaafkan jika kita meminta ampun kepadaNya. Saat kita miskin, si "Boss" akan memberi kekayaan jika kita mau bersujud meminta kepadaNya. Di mata Madrim Tuhan bisa didikte dan diatur. Dapat dikatakan bahwa film ini adalah gambaran nyata dari kehidupan masyarakat saat ini. Masyarakat yang miskin, egois, dan tidak mau berusaha. Masyarakat yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas segalanya.

Allah maha mendengar. Jika kita mau berdoa dan terus berusaha dan jika Allah sudah menghendaki maka saat itu juga "kunfayakun", yang terjadi maka terjadilah. Jadi kita tidak boleh lelah berdoa dan berusaha jika Allah belum juga mengabulkannya. Jalan hidup atau nasib seseorang tidak ada yang tahu, maka hanya Allah-lah tempat kita memohon dan meminta.

Film ini mengajak kita bercermin diri untuk lebih mengenal Tuhan dan memandang jauh ke dalam diri kita tentang hal-hal kecil yang kadang kita lupakan. Tentang agama, keyakinan, dan yang terpenting adalah tentang Tuhan yang merupakan pengatur dan pemberi segalanya.