Selasa, 07 April 2009


AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA

Di Indonesia, agama dikenal dengan kata "din" (bahasa Arab) dan kata "religi" (bahasa Eropa). Agama berasal dari kata Sanskrit. Agama tersusun dari kata a = tidak dan gam = pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Agama berarti teks atau kitab suci. Kata gam juga dapat berarti tuntunan. "Din" dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yg merupakan hukum, yg harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yg kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan. Yg menjalankan kewajiban dan yg patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan. Yg tidak menjalankan kewajiban dan yg tidak patuh akan mendapat balasan tidak baik.
Religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah relegere yg mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam kitab suci yg harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yg berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan. Dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Intisari yg terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yg harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yg besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yg lebih tinggi dari manusia. Satu kesatuan gaib yg tak dapat ditangkap dengan pancaindera.


Oleh karena itu agama diberi definisi-definsi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yg harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yg menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yg mengandung pengakuan pada suatu sumber yg berada di luar diri manusia dan yg mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yg menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yg berasal dari suatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yg diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yg timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yg terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yg diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.


Dengan demikian unsur-unsur penting yg terdapat dalam agama ialah :
1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yg dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yg dicari akan hilang pula.
3. Respons yg bersifat emosionil dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yg terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yg terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yg terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yg terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yg bersangkutan.
4. Paham adanya yg kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yg mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu. Agama ada yg bersifat pimitif dan ada pula yg dianut oleh masyarakat yg telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agam yg terdapat dalam masyarakat ialah dinamisme, animisme dan politeisme.

Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yg misterius. Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yg mempunyai kekuatan gaib dan beprengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yg bersifat baik dan ada yg bersifat jahat. Bendayg mempunyai kekuatan gaib baik, disenangi dan dipakai dan dimakan agar orang yg memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yg terdapat didalamnya. Benda yg mempunyai kekuatan gaib jahat, ditakuti dan oleh karena itu dijauhi.
Kekuatan gaib itu tidak pula mengambil tempat yg tetap, tetapi berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Lebih lanjut kekuatan gaib itu tak dapat dilihat : yg dapat dilihat hanyalah efek atau bekas dan pengaruhnya, umpamanya dalam bentuk kesuburan bagi sebidang tanah, rindangnya buah bagi sesuatu pohon, panjangnya umur bagi seseorang, keberanian luar biasa bagi pahlawan perang, kekuatan luar biasa bagi seekor binatang dan sebagainya. Kalau efek-efek tersebut telah hilang dari tanah atau pohon ataupun dari selainnya, benda yg dianggap membawa kesuburan, umur panjang dan sebagainya itu, telah kehilangan kekuatan gaibnya. Dan benda itupun tidak dihargai lagi.

Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Dalam masayarakat kita orang masih menghargai barang-barang yg dianggap bersakti dan bertuah, seperti keris, batu cincin dan lain-lain. Dengan memakai benda serupa ini, orang menganggap akan dapat terpelihara dari penyakit, kecelakaan, bencana dan lain-lain. Mana yg terdapat dalam benda yg bersangkutan dan yg merupakan kekuatan gaib itulah yg dianggap memelihara manusia dari hal-hal tersebut di atas. Dalam faham agama dinamisme bertambah mana yg diperoleh oleh seseorang bertambah jauh ia dari bahaya dan bertambah selamat hidupnya. Kehilangan mana berarti maut. Oleh karena itu, tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin.

Dalam masyarakat primitif terdapat dukun atau ahli sihir, dan mereka inilah yg dianggap dapat mengontrol dan menguasai mana yg beraneka ragam itu. Mereka dianggap dapat membuat mana pindah dari satu tempat ke tempat lain dan dengan demikian dapat membuat mana mengambil tempat di benda-benda yg telah mereka tentukan, biasanya benda-benda kecil yg mudah diikatkan ke anggota badan dan mudah dapat dibawa ke mana-mana. Benda-benda serupa ini disebut fetish. Dengan jalan demikian seorang anggota masyarakat primitif dapat memperoleh mana yg diperlukan untuk memelihara keselamatan dirinya dari bahaya-bahaya yg selalu mengancam hidup manusia.
Animisme adalah agama yg mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yg bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat primitif belum mengambil bentuk roh dalam faham masyarakat yg telah lebih maju. Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yg halus sekali yg dekat menyerupai uap atau udara. Roh bagi mereka mempunyai rupa, umpamanya berkaki dan bertangan yg panjang-panjang, mempunyai umur dan perlu ada makanan. Mereka mempunyai tingkah laku manusia, umpamanya pergi berburu, menari dan menyanyi. Terkadang roh dapat dilihat, sungguh pun ia tersusun dari materi yg halus sekali. Roh dari benda-benda tertentu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia. Roh dari bendabenda yg menimbulkan perasaan dahsyat seperti hutan yg lebat, danau yg dalam, sungai yg arusnya deras, pohon besar lagi rindang daunnya, gua yg gelap dan sebagainya, itulah yg dihormati dan ditakuti. Kepada roh-roh serupa ini diberi sesajen untuk menyenangkan hati mereka, sesajen dalam bentuk binatang, makanan, kembang dan sebagainya. Roh nenek moyg juga menjadi obyek yg ditakuti dan dihormati.

Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yg ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Membuat mereka marah harus dijauhi. Kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yg dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir.
Dalam masyarakat kita, kepercayaan pada roh, sebagaimana halnya dengan kepercayaan pada mana, masih terdapat. Pemberian sesajen yg masih banyak kita jumpai dalam masyarakat kita, selamatan yg masih banyak juga dilakukan, kepercayaan pada "orang halus" dan lain-lain, semua ini adalah peninggalan-peninggalan dari kepercayaan-kepercayaan animisme, masyarakat kita di zaman yg silam.

Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam gama ini hal-hal yg menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh roh-roh tapi dewa-dewa. Kalau roh-roh dalam animisme tidak diketahui tugas-tugasnya yg sebenar-benarnya, dewa-dewa dalam politeisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu. Demikianlah, ada dewa yg bertugas menyinarkan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India kuno Surya, dan dalam agam Persia Kuno Mithra. Ada pula dewa yg tugasnya menurunkan hujan, yg diberi nama Indera dalam agama India kuno dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Selanjutnya ada pula dewa angin yg disebut Wata dalam agama India kuno dan Wotan dalam agama Jerman kuno.

Berlainan dengan roh-roh, dewa-dewa diyakini lebih berkuasa. Oleh karena itu, tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sesajen dan persembahan-persembahan kepada dewadewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yg bersangkutan. Tetapi dala politeisme terdapat faham pertentangan tugas antara dewa-dewa yg banyak itu. Dewa kemarau dan dewa hujan mempunyai tugas yg bertentangan. Demikian juga dewa musim dingin dan dewa musim panas, dewa pembangunan dengan dewa penghancuran dan sebagainya. Kalau berdoa: seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainnya. Kepada dewa hujan umpamanya diminta supaya menurunkan hujan dan kepada dewa kemarau dipanjatkan doa supaya jangan menghalang-halangi kerja dewa hujan. Dengan jalan demikian masyarakat politeisme berusaha menyelematkan diri dari bahaya-bahaya yg mengancam mereka.

Dalam pada itu, ada kalanya tiga dari dewa-dewa yg banyak dalam politeisme meningkat ke atas dan mendapat perhatian dan pujaan yg lebih besar dari yg lain. Di sini timbullah faham dewa tiga. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwa, dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Osiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta.

Ada pula kalanya satu dari dewa-dewa itu yg meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Ini belum berarti pengakuan pada satu Tuhan, tapi baru pada pengakuan dewa terbesar diantara dewa yg banyak. Faham ini belum meningkat pada faham henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme.Tetapi kalau dewa yg terbesar itu saja kemudian yg dihormati dan dipuja, sedang dewa-dewa lain ditinggalkan, faham demikian telah keluar dari politeisme dan meningkat kepada henoteisme.
Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri. Henoteisme mengandung faham tuhan nasional. Faham yg serupa ini terdapat dalam perkembangan faham keagamaan masyarakat Yahudi. Yahweh pada akhirnya mengalahkan dan menghancurkan semua dewa suku bangsa Yahudi lain, sehingga Yahweh menjadi tuhan nasional bangsa Yahudi. Dalam masyarakat yg sudah maju agama yg dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yg Maha Esa, Pencipta alam semesta. Dengan demikian, perbedaan antara henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Kalau dalam agama-agama sebelumnya usal-usul manusia belum memperoleh perhatian, dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan. Oleh karena itu kesadaran bahwa hidup manusia tidak terbatas hanya pada hidup dunia, tetapi disebalik hidup materi ini masih ada hidup lain sebagai lanjutan dari hidup pertama, menonjol dengan jelas ke atas. Seterusnya menjadi keyakinan pula dalam agama monoteisme bahwa diantara kedua hidup itu, hidup kedualah yg lebih penting dari hidup pertama. Hidup pertama hanya mempunyai sifat sementara sedang hidup kedua bersifat kekal. Senang atau sengsara hidup seseorang di hidup kedua nanti tergantung pada baik dan buruknya hidup yg dijalaninya di hidup pertama ini. Kalau ia hidup di sini sebagai orang-orang baik ia akan memperoleh kesenangan di sisi Tuhan kelak, tetapi kalau ia hidup dalam keadaan jahat, ia akan mengalami kesengsaraan di akhirat nanti. Faham serupa ini belum jelas kelihatan dalam agama politeisme apalagi dalam agama-agama dinamisme dan animisme.
Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spirituil. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Dan jalan mencari keselamatan itu bukan lagi dengan memperoleh sebanyak mungkin mana, sebagai halnya dalam masyarakat dinamisme, dan tidak pula dengan membujuk dan menyogok roh-roh dan dewa-dewa, sebagaimana halnya dalam masyarakat animisme dan politeisme. Daam monoteisme kekuatan gaib atau supernaturil itu dipandang sebagai suatu zat yg berkuasa mutlak dan bukan lagi sebagai suatu zat yg menguasai sesuatu fenomena nature seperti halnya dalam faham animisme dan politeisme. Oleh karena itu Tuhan dalam monoteisme tidak dapat dibujuk-bujuk dengan saji-sajian. Kepada Tuhan sebagai pencipta yg mutlak otang tak bisa kecuali menyerahkan diri, menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yg menjadi nama agama yg diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah, orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan.
Disinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme.
Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan.

Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan dan yg dapat kembali ke sisi Tuhan Yg Maha hanyalah orang-orang yg suci. Orang-orang yg kotor tidak diterima kembali ke sisi Yg Maha Suci. Orang-orang serupa ini akan berada di neraka, jauh dari Tuhan. Orang-orang yg suci berada dekat Tuhan dalam surga.
Jalan untuk tetap menjadi suci ialah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat dan tidak lupa pada Tuhan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia tidak akan dapat terpedaya oleh kesenangan materi yg akan membawa kepada kejahatan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia akan teringat bahwa kesenangan sebenarnya bukan kesenangan sementara di dunia ini, tetapi kesenangan abadi di akhirat. Dengan jalan demikian manusia diharapkan senantiasa akan berusaha supaya tetap mempunyai jiwa bersih dan suci berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tidak baik dan jahat.
Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama. Dalam agama Kristen, berhubung dengan ajaran tentang dosa warisan yg melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yg mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya setelah mengakui baru seseorang dapat menuju kepada pembersihan diri yg sebenarnya, dan akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha mengadakan kontak spirituil dengan Jesus Kristus. Dengan ini roh manusia akan mendapat limpahan dari Jesus Kristus yg dalam ajaran agama Kristen, penuh dengan rahmat, kebaikan dan kasih sayg. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yg merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan. Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajarannya tentang Tuhan Yg Maha Esa memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyg Widhi. Persatuan roh dengan badan menimbulkan kegelapan. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyg Widhi yg disebut moksa. Dan moksa akan tercapai hanya kalau atma telah menjadi suci kembali dari kegelapan yg timbul dari persatuannya dengan badan. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembah yg di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya. Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yg rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yg rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan. Agar dalam hidup kekal di akhirat nanti orang hidup dalam kesenangan, jauh dari kesengsaraan, orang haruslah berusaha supaya mempunyai roh bersih lagi suci dan senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat di dunia. Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yg diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.
Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah
membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Tujuan agama memanglah membina manusia baikbaik, manusia yg jauh dari kejahatan. Oleh sebab itu agama monoteisme erat pula hubungannya dengan pendidikan moral. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang normanorma akhlak tinggi. Kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebenaran, suka membantu manusia, kebesaran jiwa, suka damai, rendah hati dan sebagainya adalah norma-norma yg diajarkan agama-agama besar. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Tidak mengherankan agama selalu diidentifikasikan dengan moralitas. Karena agama mempunyai sifat mengikat pada para pemeluknya, maka ajaran-ajaran moral agama lebih besar dan dalam pengaruhnya dari ajaran-ajaran moral yg dihasilkan falsafat dan pemikiran manusia. Ajaran-ajaran yg berasal dari Tuhan Pencipta Alam semesta mempunyai sifat kekudusan dan absolut yg tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tak dapat ditentang. Faham inilah yg memat norma-norma akhlak yg diajarkan agama mempunyai pengaruh besar dalam membina manusia yg berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah
menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan larangannya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur. Manusia serupa inilah yg akan memperoleh hidup senang sekarang di dunia dan kebahagiaan abadi kelak di hidup akhirat. Orang yg tidak patuh pada Tuhan, dan dengan demikian mempunyai roh yg tidak bersih dan akhlak yg tidak baik di dunia akan mengalami hidup sengsara di akhirat.
Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajarannya bermaksud untuk membina manusia yg berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur: Di sinilah terletak salah satu penting dari agama monoteisme bagi hidup kemasyarakatan manusia. Dari individuindividu yg berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat manusia baik dapat dibina. Agama-agama yg dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yg terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini. Di antara ketiga agama serumpun ini yg pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, lshaq, Yusuf dan lain-lain; kemudian agama Kristen dengan Nabi Isa, yg datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Dan terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhammad s.a.w. Ajaran yg beliau bawa ialah ajaran yg diberikan kepada Nabinabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.
Sebagai diterangkan oleh Al-Qur-an, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri
seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yg Maha Esa. Mengenai hal ini Surat Ali lmran ayat 19 mengatakan: "Agama (yg benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya). Dan mereka yg diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki."
Apa yg dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa' ayat 125 :
"Siapa mempunyai agama yg lebih baik dari orang yg menyerahkan diri seluruhnya
kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yg
sebenarnya"
Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al- Baqarah ayat 131 :
Ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim) : "Serahkan dirimu'; ia menjawab : "Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam' :
dan Surat Ali Imran ayat 67 :
Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yg benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.
Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yg
didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yg didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah. sama dengan agama yg diturunkan kepada Nabi Muhammad :
Katakanlah : "Kami percaya kepada apa yg diturunkan kepada kami, kepada apa yg
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yg
diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak
mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya
".
Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga mengunjukkan bahwa ketiga agama itu memang mempunyai asal yg satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan yg berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya.
Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yg serupa. Dalam istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi dalam pada itu kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam satu dari kedua syahadatnya menegaskan : "Tiada Tuhan selain dari Allah". Dan dalam agama Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : "Dengarlah Israel, Tuhan kita satu". Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi. Agama Hindu, sungguhpun banyak dianggap termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monotesime. Trimurti yg terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yg Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yg terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda didunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. lni adalah perbuatan Zat Yg Maha Tinggi itu. Dengan, demikian di antara agama besar yg ada sekarang, hanya Islamlah yg memelihara faham monoteisme yg murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yg banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

Tidak ada komentar: